Hubungi : 0878 4447 0154
Bekasi, 3 Juli 2025 —Webinar Nasional bertema “Pemanfaatan Teknologi Blockchain untuk Meningkatkan Keamanan dan Transparansi dalam Cloud Edge Computing” sukses diselenggarakan secara daring pada Selasa (2/7) melalui kolaborasi lintas kampus yang melibatkan Universitas STEKOM, Politeknik Negeri Batam, Telkom University, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Esa Unggul Jakarta.
Webinar ini menjadi forum strategis yang mempertemukan dosen, peneliti, dan praktisi dari berbagai institusi dalam membahas teknologi blockchain dan edge computing sebagai solusi arsitektur digital yang aman, terdesentralisasi, dan efisien.
Salah satu narasumber dalam kegiatan ini, Bapak Ali Muhammad, S.Kom., M.Kom, dosen dari Universitas Sains Indonesia (USI), menyampaikan pentingnya peran aktif seluruh peserta—baik inovator, akademisi, maupun pengambil kebijakan—dalam mempercepat pembentukan ekosistem digital berbasis teknologi blockchain dan cloud edge.
“Setiap kelompok punya peran unik dan krusial. Inovator dan startup bisa menjadi motor penggerak dengan menciptakan solusi berbasis blockchain-edge computing untuk menjawab tantangan nyata—di sektor logistik, kesehatan, kebudayaan, ketahanan pangan, bahkan sistem sensor berbasis IoT,” ujar Bapak Ali.
Beliau menekankan bahwa pengambil kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan regulasi yang adaptif dan mendorong adopsi teknologi secara luas.
“Pemerintah dan lembaga-lembaga kebijakan perlu menyediakan sandbox inovasi dan insentif strategis agar ekosistem ini dapat berkembang secara aman dan terkendali,” jelasnya.
Lebih lanjut, Bapak Ali menguraikan bahwa akademisi memiliki posisi penting sebagai pendorong riset, penjaga integritas ilmiah, dan penyedia SDM digital unggul yang memahami baik sisi teknis maupun etis dari implementasi teknologi ini.
Dalam sesi wawancara, Bapak Ali juga memaparkan berbagai peluang kolaborasi lintas sektor yang dapat ditindaklanjuti setelah webinar ini. Di antaranya, riset bersama antara kampus dan industri untuk mengembangkan prototipe sistem distribusi data berbasis blockchain-edge di sektor-sektor vital seperti perkebunan, ketahanan pangan, dan kota cerdas.
“Pemerintah daerah dan BUMN bisa dilibatkan dalam pilot project seperti pemantauan lingkungan, distribusi logistik ke desa terpencil, atau manajemen energi untuk transparansi keuangan publik,” terangnya. Selain itu, beliau juga mendorong adanya program pelatihan bersama (joint certification) antara perguruan tinggi dan sektor swasta untuk menciptakan talenta digital lokal yang siap terjun ke dunia industri. Konsorsium atau sandbox lintas sektor juga menjadi strategi penting agar inovasi dapat diuji dengan aman dan terkendali.
Di akhir sesi, Bapak Ali mengajak seluruh peserta untuk menjadikan teknologi ini sebagai bagian dari tindakan nyata, bukan sekadar diskusi.
“Blockchain dan edge computing bukan lagi sekadar tren. Untuk inovator dan praktisi, jangan tunggu sempurna. Mulailah dari problem kecil yang nyata. Akademisi perlu membuka diri pada kolaborasi lintas disiplin, dan pengambil kebijakan harus berani berinovasi dalam regulasi. Saatnya kita bergerak bersama,” tutupnya.
Kehadiran Bapak Ali sebagai perwakilan dari Universitas Sains Indonesia menunjukkan keterlibatan aktif USI dalam peta dialog nasional di bidang teknologi digital, serta kontribusinya dalam memperkuat jejaring akademik dan membangun masa depan ekosistem teknologi Indonesia yang inklusif dan progresif.